Saya malu pernah berpikir bahwa kalau
saya memberi nanti, saya justru tidak kebagian. Saya malu kepada Tuhan
karena pernah sempat berpikir Dia kurang menyayangi saya dengan cuma
memberi saya harta yang sedikit.
Rupanya
gelas susu saya masih penuh dengan susu basi selama ini, sehingga Tuhan
tidak bisa menuangkan susu segar untuk saya lebih banyak lagi. Tuhan
masih menunggu saya mengosongkan gelas saya.
Sesudah
membaca buku itu semalaman, keesokan harinya saya berikan satu lembar
uang Rp.50.000an, satu-satunya milik saya saat itu, kepada orang
pertama yang menggerakkan hati saya untuk memberi hari itu.
Kebetulan
orangnya adalah si Bibi tukang cuci harian saya sendiri, yang pagi itu
bermandikan keringat ketika menyelesaikan pekerjaannya.
Sebelumnya saya tidak pernah memperhatikan hal ini, biasanya saya selalu berpikir, "Wajarlah
dia bekerja keras. Itu kan pekerjaannya. Kalau mau sukses, ya memang
harus mau kerja keras, dan toh saya sudah bayar gaji dia sesuai
perjanjian."
Saya lupa, bahwa kalau saya saja yang bergaji 5 kali lipat darinya masih (merasa) kekurangan, apalagi dia.
Saya
juga tidak paham saat itu, kalau bekerja keras memang salah satu kunci
sukses, seharusnya pembantu saya itulah, dan para pembantu-pembantu
lainnya di negeri ini, yang jauh lebih sukses dari saya.
Setiap
hari, mereka, para pembantu, jungkir balik tiada henti bekerja keras,
tiada habisnya melayani kemauan majikan mereka dari bangun tidur sampai
tidur lagi.
Maka
saya tarik lembaran uang tadi dari dompet dan saya berikan padanya.
Jumlah sedekah paling besar yang pernah saya berikan pada seseorang di
luar keluarga saya saat itu.
Saya
merasakan rasa bahagia luar biasa, air mata haru nyaris tidak
terbendung ketika melihat si Bibi ternganga melihat uang yang saya
sodorkan untuknya, dan senyum bahagianya sesudah itu.
Alangkah
senangnya hati saya saat itu. Bisa membuat senang orang lain. Saya
berpikir mungkin ini yang disebut sebagai imbalan berlipat ganda.
Sebuah perasaan nikmat dan bahagia yang tidak ternilai karena telah
membahagiakan orang.
Tapi
ternyata saya salah lagi, imbalan 10 kali lipat yang dijanjikan Tuhan
itu, bukan ibarat, peribahasa atau metafora saja. Tapi benar-benar
nyata, konkrit dan real. Meskii, tidak selalu langsung diberikan-Nya.
Hanya seminggu berselang, saya mendapat surat dari bisnis MLM yang saya tekuni selama ini dan selalu seret, bahwa tiba-tiba transaksi grup saya melonjak naik. Sehingga bulan itu saya mendapat pasif income dari komisi sejumlah, berapa coba tebak?, benar, angkanya sekitar itu. Tepatnya Rp. 515.750,-. Itu jumlah komisi bersih yang saya terima dari hasil grup bulan itu. (Sepuluh kali lipat dari sedekah saya hanya seminggu sebelumnya).
Coba
bayangkan, setelah dua tahun bergabung, dan tidak pernah mendapat hasil
selain dari selisih harga beli dan jual produk, bulan itu saya dapat
komisi, benar-benar sebuah penghasilan pasif.
Dan
walau saat itu akhir bulan, uang sudah sangat menipis di dompet saya,
(uang paling besar sudah saya berikan orang), ternyata kami sekeluarga
masih bisa makan seperti biasa. Ada saja caranya. Rental komputer kami
minggu itu mendadak jadi ramai sekali pengunjungnya dan penghasilan
tidak terduga kami sangat sangat lumayan.
Tuhan benar sudah mengatur semuanya untuk menjaga mereka yang mempercayai-Nya.
Nah itu awalnya. Sesudah tahu satu "rahasia kecil" ini, tidak terbendung lagi aliran kran rejeki saya. Tapi dengan satu catatan, bahawa saya tidak pernah berhenti memberi.
Karena, sekali kita berhenti memberi, maka aliran rejeki itu juga akan tersendat lagi.
Dari hitung-hitungan bodoh-bodohan kita tadi, paling tidak 10 kali lipatnya yang akan kembali kepada kita.
Coba, mana ada investasi lain yang memberikan pengembalian lebih besar dari ini? Yang mendekati saja tidak ada.
Nah, karenanya, rahasia inilah yang harus dipahami siapapun yang ingin menaikkan kesejahteraan ekonomi mereka.
Siapapun, miskin atau kaya, kalau ingin kaya atau makin kaya, harus mau (berani) memberi.
Karena betapapun miskinnya mereka, mereka akan terus miskin, atau bahkan semakin miskin, selama mereka masih belum berani memberi. Belum berani memberi, secara spiritual, sama artinya dengan belum siap mengakui kekayaan Tuhan, yang berarti belum siap juga menerima kekayaan dari-NYA.
Anda tidak perlu memberi banyak. Karena berapapun yang Anda berikan, akan dikembalikan kepada Anda 10 kali lipat.Karena betapapun miskinnya mereka, mereka akan terus miskin, atau bahkan semakin miskin, selama mereka masih belum berani memberi. Belum berani memberi, secara spiritual, sama artinya dengan belum siap mengakui kekayaan Tuhan, yang berarti belum siap juga menerima kekayaan dari-NYA.
Dengan memakai hukum ini, penghasilan Anda yang kecil justru akan jadi membesar bila diberikan. Katakan penghasilan harian Anda cuma Rp. 20.000,- atau kurang, Anda bisa kan menyisihkan barang seribu rupiah untuk memberi orang lain?
Anda harus berpikir bahwa Anda kaya, dan sanggup memberi, maka Tuhan akan mempercayakan kepada Anda jumlah kekayaan yang lebih besar lagi.
Jadi semakin banyak kita memberi, semakin banyaklah yang kembali kepada kita.
Bahkan memberilah kunci yang menjadikan seseorang selalu hoki dan bernasib baik.
Baca selengkapnya di sini kalau Anda ingin selalu "lucky" atau beruntung/bernasib baik.
Harap diingat, imbalan atau pengembalian dari pemberian ini tidak bisa kita duga kapan dan dari mana datangnya. Itu semua terserah Tuhan, jalan apa yang akan dipakai-NYA untuk mengganjar kita. Tapi, dan inilah yang namanya IMAN, kita yakin dan tahu bahwa Tuhan pasti akan menepati janji-NYA (dalam hal apapun, termasuk) untuk membalas 10 kali lipat pemberian kita tadi.
Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah pasti akan menggantinya dan DIA-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.
~ Qur'an: Surat Saba': 39 ~
Allah telah berjanji dengan sebenar-benarnya. Allah tidak akan memungkiri janji-Nya.
~ Qur'an: Az-Zumar: 20 ~
By
GIVING, you are showing the Universe that you are RICH now and are
ready to receive more RICHES. Believing in God's bounty will make you
even more bountiful. Dengan mau berbagi milik Anda, dengan memberi, Anda
menunjukkan kepada Sang Empunya Alam bahwa Anda sudah kaya saat ini
juga, dan karenanya siap menerima kekayaan yang jauh lebih besar lagi.
Meyakini kekayaan tidak terbatas Tuhan, akan membuat kekayaan Anda
tidak terbatas juga.
sumber:
No comments:
Post a Comment