Shilah
artinya Hubungan atau menghubungkan sedangkan ar-Rahm berasal dari
Rahima-Yarhamu-Rahmun/ Rahmatan yang berarti lembut dan kasih sayang.
Taraahamal-Qaumu artinya kaum itu saling berkasih sayang. Taraahama
'Alayhi berarti mendo'akan seseorang agar mendapat rahmat. Sehingga
dengan pengertian ini seseorang dikatakan telah menjalin silaturrahmi
apabila ia telah menjalin hubungan kasih sayang dalam kebaikan bukan
dalam dosa dan kema'siatan.
Selain itu kata ar-Rahm atau
ar-Rahim juga mempunyai arti peranakan (rahim) atau kekerabatan yang
masih ada pertalian darah (persaudaraan). Inilah keunikan Bahasa Arab,
Satu kata saja sudah dapat menjelaskan definisinya sendiri tanpa
bantuan kata-kata lain. Dengan demikian Shilaturrahmi atau Shilaturrahim
secara bahasa adalah menjalin hubungan kasih sayang dengan saudara dan
kerabat yang masih ada hubungan darah (senasab). Seseorang tidak dapat
dikatakan menjalin hubungan silaturrahmi bila ia berkasih sayang
dengan orang lain sementara saudara dan kerabatnya dia jadikan musuh.
Islam dalam hal ini mengajarkan kepada kita tentang skala prioritas,
yaitu dahulukanlah keluarga dan kaum kerabatmu baru kemudian orang
lain. Hubungan baik dengan orang lain jangan sampai merusak hubungan
kekeluargaan. Hubungan kasih sayang dengan istri jangan sampai merusak
hubungan kita dengan orang tua dan saudara.
Peliharalah Tali
Silaturrahmi, maksudnya peliharalah hubungan kekeluargaan kamu. Jangan
sampai kamu lupa dengan nasab kamu, orang tua kamu, saudara-saudara kamu
dan kerabat-kerabat kamu. Setelah itu baru peliharalah hubungan kasih
sayang dengan orang-orang mu`min sebagaimana dengan saudara sendiri. Anjuran
menjalin Silaturrahmi adalah anjuran untuk tidak melupakan nasab dan
hubungan kekerabatan. Satu-satunya bangsa yang paling hebat dalam
menjalankan silaturrahmi adalah bangsa Arab. Mengapa? Karena mereka
tidak lupa nenek moyang mereka. Makanya mereka selalu mengaitkan nama
mereka dengan bapak, dan kakek-kakek mereka ke atas. Oleh karena itu
dalam nama mereka pasti ada istilah bin atau Ibnu yang artinya anak. Nabi
kita Muhammad Saw mengetahui nasabnya sampai beberapa generasi
sebelumnya. Nasab beliau adalah Muhammad bin 'Abdullah bin
'Abdul-Muthalib bin Hasyim bin Abdul- Manaf bin Qushay bin Kilab bin
Murrah bin Ka'ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin
Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin
Ma'ad bin Adnan. Bukan hanya Nabi yang seperti itu, hampir seluruh
orang-orang Arab mengetahui nasabnya masing-masing sampai beberapa
generasi sebelumnya. Hubungan kekeluargaan dan persaudaraan diantara
mereka sangat kuat. Allah menjadikan mereka sebagai contoh untuk
diteladani. Lalu bagaimana dengan bangsa-bangsa lain dan bangsa kita
yang kebanyakan mengetahui hanya sampai kakek dan buyut. Akibat
pengetahuan nasab yang terbatas ini maka efeknya sangat memprihatinkan.
Diantaranya tidak mengetahui saudaranya yang jauh, menganggap bahwa
dirinya tidak punya saudara, tidak mendapat bantuan dan pertolongan
bila dirinya mengalami kesengsaraan, tidak punya tempat untuk mengadu
dan meminta pertolongan kecuali orang lain. Akhirnya ujung-ujungnya
timbullah kemiskinan, anak gelandangan, dan lain sebagainya. Padahal
seandainya mereka mengetahui nasab mereka siapa tahu bahwa direktur
perusahaan disamping gubuknya adalah saudaranya dari buyut kakeknya. Inilah
salah satu hikmah perintah bersilaturrahmi. Bersilaturrahmi atau
menjalin hubungan kasih sayang yang kuat diantara saudara dan keluarga
pihak kakek dan nenek ke atas. Kalau bisa kita menghafalnya sebagaimana
bangsa Arab menghafal nasab-nasab mereka baik dari pihak bapak maupun
dari pihak ibu. Allah dalam al-Qur`an secara spesifik memerintahkan umat Islam untuk menjalin silaturrahmi/ silaturrahim;
يَاأيّهَا
النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ
وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَ بَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَ
نِسَآءً وَاتَّقُوْا اللهَ الًّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَ الأرْحَامَ
إنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْـبًا (النساء : 1)
Hai
sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan
kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya;
dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu (an-Nisa`:1)
Dari Miqdam ra bahwasanya Rasulullah Saw bersabda:
إنَّ
اللهَ يُوْصِيْكُمْ بِأُمَّهَاتِكُمْ إنَّ اللهَ يُوْصِيْكُمْ
بِأبآئِكُمْ إنَّ اللهَ يُوْصِيْكُمْ بِالْأَقْرَبِ فَالْأقْرَبِ
Sesungguhnya
Allah berwasiat agar kalian berbuat baik kepada ibu-ibumu,
sesungguhnya Allah berwasiat agar berbuat baik kepada bapak-bapakmu dan
sesungguhnya Allah berwasiat kepada kamu agar berbuat baik kepada
sanak kerabatmu (Silsilah Hadits Shahih; al-Albani)
Menyambung
hubungan kekerabatan adalah wajib dan memutuskannya merupakan dosa
besar. Dari Jubair bin Muth'im bahwa Nabi Saw bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعُ رَحْمٍ (متفق عليه) Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan persaudaraan (Muttafaq 'Alaih)
Silaturrahmi
tidak hanya bagi saudara sedarah (senasab) tapi juga saudara seiman.
Allah Swt memerintahkan agar kita menyambung hubungan baik dengan orang
tua, saudara, kaum kerabat, dan orang-orang mu`min yang lain. Namun
dalam hubungan silaturrahmi yang diutamakan adalah sanak famili yang
masih ada hubungan darah (senasab) baru kemudian orang-orang beriman
yang tidak ada hubungan darah dengan kita. Karena mereka-lah yang lebih
dekat hubungannya dengan kita.
Begitu juga apabila kita
meminta bantuan maka yang lebih layak kita minta adalah sanak famili
kita, baru kemudian orang lain. Karena mereka dan kita sama-sama punya
hak dan kewajiban untuk saling tolong-menolong. Di dalam Islam anjuran berinfak ditujukan kepada kaum kerabat kita yang miskin dulu baru kepada orang lain. Allah berfirman :
...
وَ أُوْلُوْا الأرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَى بِبَعْضٍ فِيْ كِتَابِ اللهِ
مِنَ المُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُهَاجِرِيْنَ إلاَّ أنْ تَفْعَلُوْآ إلَى
أوْلِيَآئِكُمْ مَّعْرُوْفًا ... (الأحزاب : 6)
... Dan
orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak
(waris mewarisi) menurut Kitab Allah daripada orang-orang Mukmin (lain)
dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu mau berbuat baik kepada
mereka (saudaramu seiman)… (al-Ahzab: 6)
Apabila manusia
memutuskan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah untuk dihubungkan.
Maka ikatan sosial masyarakat akan hancur berantakan, kerusakan
menyebar di setiap tempat, permusuhan terjadi dimana-mana, sifat
egoisme muncul kepermukaan. Sehingga setiap individu masyarakat
menjalani hidup tanpa petunjuk, seorang tetangga tidak mengetahui hak
tetangganya, seorang faqir merasakan penderitaan dan kelaparan
sendirian karena tidak ada yang peduli. Dan jangan sampai kita
memutuskan tali silaturrahmi hanya karena gara-gara pekerjaan dan
jabatan. Silaturrahmi lebih tinggi nilainya dari itu semua. Allah
berfirman :
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إنْ تَوَلَّيْتُمْ أنْ تُفْسِدُوْا فِي الأرْضِ وَتُقَطَِعُوْآ أرْحَامَكُمْ (محمد: 22)
Maka
apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka
bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan (silaturrahim) ? (QS.
Muhammad: 22)
Kiat-Kiat Mempererat Hubungan Silaturrahmi
1.
Mendahulukan Sanak-Famili yang terdekat dalam segala kebaikan,
terutama orang tua. Orang tua adalah kerabat terdekat yang mempunyai
jasa tidak terhingga dan kasih sayang yang besar sehingga seorang anak
wajib mencintai, menghormati dan berbuat baik kepada kedua orang tuanya
walaupun keduanya musyrik. Kedua orangtuanya berhak mendapat perlakuan
baik di dunia namun bukan mengikuti kesyirikannya. Apabila mereka faqir
maka kewajiban kitalah yang membantunya pertama kali. Kemudian
saudara-saudara kita seperti paman dan bibi baru setelah itu orang lain
yang seiman. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra dari
Nabi Saw :
أَمَّا شَعُرْتَ أَنَّ عَمَّ الرَّجُلِ صَنُوْ أبِيْهِ
Apakah kamu tidak sadar bahwa paman seseorang adalah saudara bapaknya.
2. Mengingat Kebaikan Sanak-Famili kita, tanpanya mungkin kita tidak akan berarti.
3.
Menghafal Nasab dan seluruh nama-nama saudara kita, dari mulai kakek
dan nenek ke atas sampai kepada keturunan-keturunan mereka. Untuk hal
ini sebaiknya kita membuat diagram silsilah keluarga agar dapat diingat
oleh generasi berikutnya supaya mereka tetap melanjutkan tali
silaturrahmi setelah kita tiada (meninggal).
4. Jangan
menyakiti, menzhalimi dan berbuat buruk kepada sanak-famili kita.
Sebaiknya kita-lah yang menjadi solusi untuk memecahkan segala
permasalahan mereka.
Sesungguhnya orang-orang yang selalu
menjaga tali silaturrahmi akan diberkahi oleh Allah dalam usahanya,
rizki dan umurnya. Dari Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah Saw
bersabda :
مَنْ أحَبَّ أنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَ يُنْسَأ لَهُ فِي أثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَه (متفق عليه)
Barangsiapa
yang senang diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya (diberkahi),
maka hendaklah ia bersilaturrahmi (Muttafaq 'Alaih) . | | | | |
No comments:
Post a Comment